Kisah Aneh Seorang Pendeta yang Masuk Islam

Kisah Aneh Seorang Pendeta yang Masuk Islam..^__^
“Dulu aku seorang pendeta yang sangat militan. Aku berkhidmat untuk
gereja dengan segala kesungguhan. Tidak hanya sampai di situ, aku juga
salah seorang aktifis kristenisasi senior di Afrika Selatan. Karena
aktifitasku yang besar maka Vatikan memilihku untuk menjalankan program
kristenisasi yang mereka subsidi. Aku mengambil dana Vatikan yang sampai
kepadaku untuk menjalankan program tersebut. Aku mempergunakan segala
cara untuk mencapai targetku. Aku melakukan berbagai kunjungan rutin ke
madrasah-madrasah, sekolah-sekolah yang terletak di kampung dan di
daerah pedalaman. Aku memberikan dana tersebut dalam bentuk sumbangan,
pemberian, sedekah dan hadiah agar dapat mencapai targetku yaitu
memasukkan masyarakat ke dalam agama Kristen. Gereja melimpahkan dana
tersebut kepadaku sehingga aku menjadi seorang hartawan, mempunyai rumah
mewah, mobil dan gaji yang tinggi. Posisiku melejit di antara
pendeta-pendeta lainnya.
Pada suatu hari, aku pergi ke pusat pasar di kotaku untuk membeli beberapa hadiah. Di tempat itulah bermula sebuah perubahan!
Di pasar itu aku bertemu dengan seseorang yang memakai kopiah. Ia
pedagang berbagai hadiah. Waktu itu aku mengenakan pakaian jubah pendeta
berwarna putih yang merupakan ciri khas kami. Aku mulai menawar harga
yang disebutkan si penjual. Dari sini aku mengetahui bahwa ia seorang
muslim. Kami menyebutkan agama Islam yang ada di Afrika selatan dengan
sebutan ‘agama orang Arab.’ Kami tidak menyebutnya dengan sebutan Islam.
Aku pun membeli berbagai hadiah yang aku inginkan. Sulit bagi kami
menjerat orang-orang yang lurus dan mereka yang konsiten dengan
agamanya, sebagaimana yang telah berhasil kami tipu dan kami kristenkan
dari kalangan orang-orang Islam yang miskin di Afrika Selatan.
Si penjual muslim itu bertanya kepadaku, “Bukankah anda seorang
pendeta?” Aku jawab, “Benar.” Lantas ia bertanya kepadaku, “Siapa
Tuhanmu?” Aku katakan, “Al-Masih.” Ia kembali berkata, “Aku menantangmu,
coba datangkan satu ayat di dalam Injil yang menyebutkan bahwa al-Masih
AS berkata, ‘Aku adalah Allah atau aku anak Allah. Maka sembahlah
aku’.” Ucapan muslim tersebut bagaikan petir yang menyambar kepalaku.
Aku tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut. Aku berusaha membuka-buka
kembali catatanku dan mencarinya di dalam kitab-kitab Injil dan kitab
Kristen lainnya untuk menemukan jawaban yang jelas terhadap pertanyaan
lelaki tersebut. Namun aku tidak menemukannya. Tidak ada satu ayat pun
yang men-ceritakan bahwa al-Masih berkata bahwa ia adalah Allah atau
anak Allah. Lelaki itu telah menjatuhkan mentalku dan menyulitkanku. Aku
ditimpa sebuah bencana yang membuat dadaku sempit. Bagaimana mungkin
pertanyaan seperti ini tidak pernah terlintas olehku? Lalu aku
tinggalkan lelaki itu sambil menundukkan wajah. Ketika itu aku sadar
bahwa aku telah berjalan jauh tanpa arah. Aku terus berusaha mencari
ayat-ayat seperti ini, walau bagaimanapun rumitnya. Namun aku tetap
tidak mampu, aku telah kalah.
Aku pergi ke Dewan Gereja dan
meminta kepada para anggota dewan agar berkumpul. Mereka menyepakatinya.
Pada pertemuan tersebut aku mengabarkan kepada mereka tentang apa yang
telah aku dengar. Tetapi mereka malah menyerangku dengan ucapan, “Kamu
telah ditipu orang Arab. Ia hanya ingin meyesatkanmu dan memasukkan kamu
ke dalam agama orang Arab.” Aku katakan, “Kalau begitu, coba beri
jawabannya!” Mereka membantah pertanyaan seperti itu namun tak seorang
pun yang mampu memberikan jawaban.
Pada hari minggu, aku harus
memberikan pidato dan pelajaranku di gereja. Aku berdiri di depan orang
banyak untuk memberikan wejangan. Namun aku tidak sanggup melakukannya.
Sementara para hadirin merasa aneh, karena aku berdiri di hadapan mereka
tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku kembali masuk ke dalam gereja
dan meminta kepada temanku agar ia menggantikan tempatku. Aku katakan
bahwa aku sedang sakit. Padahal jiwaku hancur luluh.
Aku pulang
ke rumah dalam keadaan bingung dan cemas. Lalu aku masuk dan duduk di
sebuah ruangan kecil. Sambil menangis aku menengadahkan pandanganku ke
langit seraya berdoa. Namun kepada siapa aku berdoa. Kemudian aku berdoa
kepada Dzat yang aku yakini bahwa Dia adalah Allah Sang Maha Pencipta,
“Ya Tuhanku… Wahai Dzat yang telah men-ciptakanku… sungguh telah
tertutup semua pintu di hadapanku kecuali pintuMu… Janganlah Engkau
halangi aku mengetahui kebenaran… manakah yang hak dan di manakah
kebenaran? Ya Tuhanku… jangan Engkau biarkan aku dalam kebimbangan…
tunjukkan kepadaku jalan yang hak dan bimbing aku ke jalan yang benar…”
lantas akupun tertidur.
Di dalam tidur, aku melihat diriku
sedang berada di sebuah ruangan yang sangat luas. Tidak ada seorang pun
di dalamnya kecuali diriku. Tiba-tiba di tengah ruangan tersebut muncul
seorang lelaki. Wajah orang itu tidak begitu jelas karena kilauan cahaya
yang terpancar darinya dan dari sekelilingnya. Namun aku yakin bahwa
cahaya tersebut muncul dari orang tersebut. Lelaki itu memberi isyarat
kepadaku dan memanggil, “Wahai Ibrahim!” Aku menoleh ingin mengetahui
siapa Ibrahim, namun aku tidak menjumpai siapa pun di ruangan itu.
Lelaki itu berkata, “Kamu Ibrahim… kamulah yang bernama Ibrahim.
Bukankah engkau yang memohon petunjuk kepada Allah?” Aku jawab, “Benar.”
Ia berkata, “Lihat ke sebelah kananmu!” Maka akupun menoleh ke kanan
dan ternyata di sana ada sekelompok orang yang sedang memanggul
barang-barang mereka dengan mengenakan pakaian putih dan bersorban
putih. Ikutilah mereka agar engkau mengetahui kebenaran!” Lanjut lelaki
itu.
Kemudian aku terbangun dari tidurku. Aku merasakan sebuah
kegembiraan menyelimutiku. Namun aku belum juga memperoleh ketenangan
ketika muncul pertanyaan, di mana gerangan kelompok yang aku lihat di
dalam mimipiku itu berada.
Aku bertekad untuk melanjutkannya
dengan berkelana mencari sebuah kebenaran, sebagaimana ciri-ciri yang
telah diisyaratkan dalam mimpiku. Aku yakin ini semua merupakan petunjuk
dari Allah SWT. Kemudian aku minta cuti kerja dan mulai melakukan
perjalanan panjang yang memaksaku untuk berkeliling di beberapa kota
mencari dan bertanya di mana orang-orang yang memakai pakaian dan sorban
putih berada. Telah panjang perjalanan dan pencarianku. Setiap aku
menjumpai kaum muslimin, mereka hanya memakai celana panjang dan kopiah.
Hingga akhirnya aku sampai di kota Johannesburg.
Di sana aku
mendatangi kantor penerima tamu milik Lembaga Muslim Afrika. Di rumah
itu aku bertanya kepada pegawai penerima tamu tentang jamaah tersebut.
Namun ia mengira bahwa aku seorang peminta-minta dan memberikan sejumlah
uang. Aku katakan, “Bukan ini yang aku minta. Bukankah kalian mempunyai
tempat ibadah yang dekat dari sini? Tolong tunjukkan masjid yang
terdekat.” Lalu aku mengikuti arahannya dan aku terkejut ketika melihat
seorang lelaki berpakaian dan bersorban putih sedang berdiri di depan
pintu.
Aku sangat girang, karena ciri-cirinya sama seperti yang
aku lihat dalam mimpi. Dengan hati yang berbunga-bunga, aku mendekati
orang tersebut. Sebelum aku mengatakan sepatah kata, ia terlebih dahulu
berkata, “Selamat datang ya Ibrahim!” Aku terperanjat mendengarnya. Ia
mengetahui namaku sebelum aku memperkenalkannya. Lantas ia melanjutkan
ucapan-nya, “Aku melihatmu di dalam mimpi bahwa engkau sedang
mencari-cari kami. Engkau hendak mencari kebenaran? Kebenaran ada pada
agama yang diridhai Allah untuk hamba-Nya yaitu Islam.” Aku katakan,
“Benar. Aku sedang mencari kebenaran yang telah ditunjukkan oleh lelaki
bercahaya dalam mimpiku, agar aku mengikuti sekelompok orang yang
berpakaian seperti busana yang engkau kenakan. Tahukah kamu siapa lelaki
yang aku lihat dalam mimpiku itu?” Ia menjawab, “Dia adalah Nabi kami
Muhammad, Nabi agama Islam yang benar, Rasulullah SAW.” Sulit bagiku
untuk mempercayai apa yang terjadi pada diriku. Namun langsung saja aku
peluk dia dan aku katakan kepadanya, “Benarkah lelaki itu Rasul dan Nabi
kalian yang datang menunjukiku agama yang benar?” Ia berkata, “Benar.”
Ia lalu menyambut kedatanganku dan memberikan ucapan selamat karena
Allah telah memberiku hidayah kebenaran. Kemudian datang waktu shalat
zhuhur. Ia mempersilahkanku duduk di tempat paling belakang dalam masjid
dan ia pergi untuk melaksanakan shalat bersama jamaah yang lain. Aku
memperhatikan kaum muslimin banyak memakai pakaian seperti yang
dipakainya. Aku melihat mereka rukuk dan sujud kepada Allah. Aku berkata
dalam hati, “Demi Allah, inilah agama yang benar. Aku telah membaca
dalam berbagai kitab bahwa para nabi dan rasul meletakkan dahinya di
atas tanah sujud kepada Allah.” Setelah mereka shalat, jiwaku mulai
merasa tenang dengan fenomena yang aku lihat. Aku berucap dalam hati,
“Demi Allah sesungguhnya Allah SAW telah menunjukkan kepadaku agama yang
benar.” Seorang muslim memanggilku agar aku mengumumkan keislamanku.
Lalu aku mengucapkan dua kalimat syahadat dan aku menangis
sejadi-jadinya karena gembira telah mendapat hidayah dari Allah SWT.
Kemudian aku tinggal bersamanya untuk mempelajari Islam dan aku pergi
bersama mereka untuk melakukan safari dakwah dalam waktu beberapa lama.
Mereka mengunjungi semua tempat, mengajak manusia kepada agama Islam.
Aku sangat gembira ikut bersama mereka. Aku dapat belajar shalat, puasa,
tahajjud, doa, kejujuran dan amanah dari mereka. Aku juga belajar dari
mereka bahwa seorang muslim diperintahkan untuk menyampaikan agama Allah
dan bagaimana menjadi seorang muslim yang mengajak kepada jalan Allah
serta berdakwah dengan hikmah, sabar, tenang, rela berkorban dan
berwajah ceria.
Setelah beberapa bulan kemudian, aku kembali ke
kotaku. Ternyata keluarga dan teman-temanku sedang mencari-cariku.
Namun ketika melihat aku kembali memakai pakaian Islami, mereka
mengingkarinya dan Dewan Gereja meminta kepadaku agar diadakan sidang
darurat. Pada pertemuan itu mereka mencelaku karena aku telah
meninggalkan agama keluarga dan nenek moyang kami. Mereka berkata
kepadaku, “Sungguh kamu telah tersesat dan tertipu dengan agama orang
Arab.” Aku katakan, “Tidak ada seorang pun yang telah menipu dan
menyesatkanku. Sesungguhnya Rasulullah Muhammad SAW datang kepadaku
dalam mimpi untuk menunjukkan kebenaran dan agama yang benar yaitu agama
Islam. Bukan agama orang Arab sebagaimana yang kalian katakan. Aku
mengajak kalian kepada jalan yang benar dan memeluk Islam.” Mereka semua
terdiam.
Kemudian mereka mencoba cara lain, yaitu membujukku
dengan memberikan harta, kekuasaan dan pangkat. Mereka berkata,
“Sesungguhnya Vatikan me-mintamu untuk tinggal bersama mereka selama
enam bulan untuk menyerahkan uang panjar pembelian rumah dan mobil baru
untukmu serta memberimu kenaikan gaji dan pangkat tertinggi di gereja.”
Semua tawaran tersebut aku tolak dan aku katakan kepada mereka, “Apakah
kalian akan menyesatkanku setelah Allah memberiku hidayah? Demi Allah
aku takkan pernah melakukannya walaupun kalian memenggal leherku.”
Kemudian aku menasehati mereka dan kembali mengajak mereka ke agama
Islam. Maka masuk Islamlah dua orang dari kalangan pendeta.
Alhamdulillah, Setelah melihat tekadku tersebut, mereka menarik semua
derajat dan pangkatku. Aku merasa senang dengan itu semua, bahkan
tadinya aku ingin agar penarikan itu segera dilakukan. Kemudian aku
mengembalikan semua harta dan tugasku kepada mereka dan akupun pergi
meninggalkan mereka,"
Dalam Islam jelas QS At Taha ayat 14 :
Sesungguhnya AKU lah Allah, tiada Tuhan selain AKU, maka sembahlah AKU.
Dan dirikanlah Sholat untuk mengingat AKU (dzikir)...Innani anallahu laa
ilahaa ilaa ana, fa budu'nih wa aqimis shalata lil dzikri.
Semoga bermanfaat. Insya Allah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar